"Mau imunisasi atau tidak?"
Beberapa jam setelah kelahiran anakku yang pertama, aku dan suami memikirkan hal yang selama ini masih kami bingung terhadapnya, yaitu imunisasi.
Yang kami ketahui bahwa imunisasi itu dilakukan sebagai upaya preventif (pencegahan) terhadap penyakit tertentu. Slogan "mencegah lebih baik daripada mengobati" masih tertanam dalam benak kami seolah itu benar.
Disisi lain, terdapat kelompok yang menyatakan bahaya imunisasi. Tubuh bayi dipaksa untuk mengeluarkan antibodi. Organ dalam tubuh bayi belum siap.
Selain itu, terdapat berbagai opini di media bahwa bahan untuk imunisasi mengandung babi dan unsur haram lainnya. Kami sebagai muslim tentunya jadi bimbang.
Ditinjau secara medis atau menurut pandangan dokter, imunisasi diperlukan sebagai langkah pencegahan terjangkitnya penyakit berbahaya. Virus yang dimasukkan ke dalam tubuh bayi sudah dilemahkan atau dinonaktifkan.
Sementara itu, dalam pandangan agama islam, halal dan haram suatu zat sangat diperhatikan. Memasukkan barang yang haram secara sengaja tidak boleh. Apalagi penyakit yang akan dicegah, belum tentu mewabah dilingkungan bayi.
Dalam islam juga ada teknik tersendiri dalam meningkatkan kekebalan tubuh bayi yang dikenal salah satunya dengan tahnik. Selain itu, anjuran menyusui dari ibunya selama 2 tahun juga muncul dari hadist dalam islam. Menjaga kesehatan dan kebersihan juga sudah menjadi bagian dari ajaran islam. Penggunaan madu dan bahan bahan herbal juga diyakini dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi.
Dimedia juga muncul adanya istilah propaganda yahudi dalam menghancurkan generasi manusia. Di kalangan yang menentang imunisasi ini menganggap bahwa ada konspirasi dan bisnis terselubung dalam proyek imunisasi. Merreka juga menunjukkan fakta dan data data tentang hal itu untuk memperkuat argumennya.
Dalam berbagai buku kesehatan, banyak juga yang menganjurkan imunisasi. Dikatakan bahwa kekebalan yang berasal dari ASI sifatnya sementara, sedangkan kekebalan yang berasal dari imunisasi itu bersifat tetap sampai dewasa.
Bahkan ada beberapa jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah indonesia dan diberikan secara gratis. Namun, ada juga yang berbayar. Bahkan, suatu ketika aku pernah berkunjung ke rumah teman kemudian ditanya tentang imunisasi apa yng dipakai. Dia bercerita bahwa anaknya diberi imunisasi hingga menghabiskan jutaan rupiah. Namun, aku tidak tahu lagi perkembangannya apakah anaknya terbebas dari penyakit.
Nah, itulah argumen-argumen yang aku kumpulkan dari buku dan berbagai media dan membatku bimbang. Anakku maudiimunisasi atau tidak?
Karena waktu itu kami masih dalam kebingungan akhirnya bayiku mendapat inunisasi dasar pasca kelahiran. Namun, serasa masih penasaran dan khawatir dengan sikap kami mengimunisasi anak kami.
Kami hanya yakin bahwa kami akan memberikan yang terbaik semampu kami. Karena anak adalah amanah Tuhan yang harus dipertanggungjawabkan. Kami harus menjaga amanah anak ini termasuk kesehatan badan dan pikirannya. Akhirnya ditahap-tahap berikutnya kami memutuskan untuk tidak melanjutkan imunisasi. Bahkan sampai sekarang anakku usia 19 bulan, imunisasi itu kami hentikan.
Dan Alhamdulillah baik-baik saja. Kalau sakit panas biasanya obatnya 'ngempeng' ASI seharian penuh dan besoknya sembuh. Kalau dikasih obat anakku muntah tidak mau meskipun rasanya manis. Kami terus memperjuangkan ASI eksklusif dan tetap diberi ASI hingga umurnya 2 tahun. Makanan pun juga kami berikan sesuai tahap kemampuan perkembangan tubuhnya dan sesuai petunjuk dokter. Pokoknya kalau sudah membicarakan kebutuhan anak, kami berusaha mencarikan yang terbaik.
Perjuangan memberikan ASI ini ada landasannya, karena kami tahu manfaatnya. Paling tidak ada 19 hasil penelitian yang mwngungkapkan manfaat ASI dalam menjaga anak dari penyakit dan kelainan.
1. Bayi yang diberi ASI, 17 KALI lebih jarang menderita pneumonia /radang paru.(Cesar 1999)
2. Bayi yang diberi ASI lebih terlindungi dari penyakit sepsis/infeksi dalam darah yang menyebabkan kegagalan fungsi organ tubuh hingga kematian ( Ashraf 1991, Patel 2013).
3. Waktu menyusui yang lebih panjang dapat mengurangi resiko asma. Resiko menderita asma meningkat bila pemberian ASI eksklusif dihentikan sebelum 4 bulan (Kull 2004, Bener 2017)
4. Menyusui dengan waktu yang lebih panjang (lebih dari 6 bulan) dapat melindungi anak dari rhinitis alergi (Ehlayel 2008)
5. Risiko dirawatnya bayi yang disusui eksklusif selama 4 bulan karena penyakit saluran pernafasan , 3 kali lebih jarang daripada bayi yang diberi susu formula (Bachrach 2003).
6. Bayi yang diberi ASI eksklusif, 25 kali lebih jarang menderita diare fatal/menyebabkn kematian (Huffman 1990)
7. Bayi yang diberi ASI selama 6 bulan atau lebih, menderita kanker lebih jarang (martin 2005)
8. Pemberin ASI mengurangi resiko diabetes (owen 2006)
9. Bayi yang diberi ASI eksklusif lebih terlindungi dari penyakit infekso telinga tengah (Sabirov 2009)
10. Bayi prematur dengan berat badan sangat rendah yang mendapat ASI secara eksklusif dapat terhindar dari ROP/Rwtinopathy of prematurity (Manzoni 2013)
11. Pemberian ASI eksklusif selama 3-5 bulan mengurangi resiko obesitas sebesar 35% pada masa datang (usia 5-6 tahun) (Carol 2003)
12. Pemberian ASI mengurangi resiko bayi kekurangan gizi ( Pediaatrics 115, 2005)
13. Pemberian ASI mengurangi resiko terkena penyakit jantung dan pembuluh darah (owen 2002)
14. Bayi yang menerima susu formula menerima konsentrasu kolesterol LDL yang lebih tinggi dan HDL yang lebih rendah (owen 2002)
15. Bayi prematur yang menerima ASI memiliki tekanan darah yang lebih rendah 13-16 tahun kemudian dibandingkan bayi prematur yang menwrima susu formula (Singhal 2001)
16. Penyakit necrotizing enterocolitis/NEC (INfeksi dan peradangan yang menyebabkan kerusakan usus atau bagian dari usus (Gephart 2012)
17. ASI melindungi bayi dari celiac disease/kelainan autoimun ketika penderita mengonsumsi makanan yang mengandung gluten, akan terjadi kerusakan usus halus (Ivarsson 2002, Akobeng 2006).
18. ASI mengurangi resiko dampak bakteri E Sakazaki ( hunter 2008)
19. ASi mencegah kerusakan gigi dan kelainn bentuk rongga mulut (Agarwal 2012)
Betapa Allah telah menyiapkan antibidi dan imun terbaik dari dalam ASI, maka sudah seharusnya kita bersyukur. ASI selalu tersedia dalam keadaan bersih, tersedia kapanpun dengan suhu yang tepat, mudah dicerna dan masih banyak lagi.
Berbagai penyakit yang muncul di zaman sekarang ini tidak bukan dan tidak lain karena pola dan jenis makanan yang dikonsumsi. Banyak makanan yang tersaji secara instan dan mengandung bahan yang berbahaya. Oleh karena itu, kita perlu memahami jenis jenis makanan berbahaya, bahan makan berbahaya, termasuk kemasan yang berbahaya.
Selain iti, pendidikan yang rendah pada sebagin orang tua baru tentang kesehatan fisik dan mental anak juga menjadi salah satu penyebabnya.
Mudah mudahan informasi dan sharing diatas bermanfaat, dan tentunya banyak kekurangan.
Mari saling berbagi pengalaman dengan menuliskan komentar.
Salam hangat keluarga bahagia...mmmuah.
Ilustrasi : Google.
Dapatkan disini!
*Tersedia ukuran XS, S, M, L, XL, XXL, dan XXXL.
*Bahan Cotton Combed 20s (standar distro)
* Tabalong Only
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
0 Response to "19 Hasil Penelitian Ini Membuat Kita Berpikir Ulang : Perlu atau tidak Bayi diberi Imunisasi"
Post a Comment