Berbagi pengalaman : Menunggu saat-saat kelahiran anak pertama, ini 2 hal yang harus dilakukan oleh suami

Melahirkan adalah fitroh bagi seorang perempuan sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang diciptakan menjadi pasangan bagi seorang laki-laki yang disebut suami. Setelah menunggu waktu pasca pernikahan, memiliki seorang anak adalah doa dan harapan selanjutnya yang sangat diinginkan oleh pasangan yang halal ini. Kehadiran sosok bayi yang mungil dan lucu sudah terbayang-bayang seolah menjadi satu-satunya impian yang dinantikan.

Hal itu sudah 'lumrah' terjadi pada setiap pasangan keluarga yang baru dibina. Keinginan kuat untuk segera memiliki keturunan bisa sampai mengalahkan rutinitas pekerjaan. Sebelumnya kerja keras mencari penghasilan, pulang malam, dan melupakan waktu istirahat. Sehingga kelelahan menjadi salah satu alasan belum diberinya keturunan. Akhirnya, rutinitas itu dikurangi dan mulai fokus membagi waktu.

Ternyata ada hasilnya, Alhamdulillah Alloh memberikan kepercayaan pada pasangan suami istri yang sudah 8 bulan menikah ini dengan sebuah tanda yang bisa diungkapkan dengan satu istilah yaitu Hamil. Rasa senang dan syahdu muncul bersamaan dengn rasa perhatin dan rasa ingin dimanja oleh suami. Begitu romantis, ingin ini dan itu semuanya dituruti demi si kecil.
Begitulah ketika anugrah diberikan kepada kità, betapa luar biasa kita menyambutnya. Waktu demi waktu terus dilewati bersama hingga usia sang bayi makin mendekati waktu untuk lahir ke dunia.

Hari itu yang dikatakan sebagai hari lahirnya sang bayi, ternyata tidak benar. Perhitungan manusia tetap tidak setepat dan sebaik waktu perhitungan Alloh. Masa kelahiran sang bayi mundur sekitar 2 minggu dari perkiraan dokter. Namun, segala keperluan kelahiran anak sudah siap sedia. Yang ada dalam pikiran sang suami adalah bagaimana menjaga aurat sang istri saat melahirkan. Meskipun dalam keadaan seperti itu tidak mungkin aurat tidak terlihat, namun minimal dokternya adalah perempuan. Kemanapun harus mencari, maka akan diupayakan demi keyakinan dan doa.

Setelah mendapatkan dokter kandungan perempuan (bukan bidan) maka suami sudah lega tahap satu karena ada tahap berikutnya yang harus dia lewati, yaitu menemani sang istri. Sungguh berbeda dengan menemani dihari hari lain karena hari ini dia harus menyaksikan langsung perjuangan istrinya melahirkan. Ituah kenapa harus memilih dokter non rumah sakit umum agar suami bisa terlibat. Dukungan suami akan menguatkan perjuangan itu.

Ini adalah pertama kali...ini adalah yang pertama saat yang dinantikan saat yang ditakuti sebagian orang, yaitu melahirkan dan menahan rasa sakit. Sembari berdoa dan mengatur nafas agar tetap kuat, dipeganglah erat kedua tangan suamiku. Hingga tampak memerah bekas pegangan itu. Semangat dan motivasi serta doa suami menjadi penguat dalam melewati masa itu. Nafas yang kurang panjang dan lelah membuat sang bayi berjuang keras agar segera keluar dari rahim ibunya. Pada akhirnya, karena terlalu lama dengan nafas pendek maka dokter menggunting rahim sang ibu. Kalau teringat suara gunting itu, suamiku selalu meringis seperti merasa 'ngeri'. Tapi, saat itu potongan gunting tanpa biuspun tidak terasa sakit. Yang ada adalah rasa lega setelah sang bayi keluar.

Begitu suara tangisnya terdengar dada ini terasa lega ditambah syukur karena anakku lahir dengan sempurna. Ku dengar suamiku mengumandangkan adzan dan iqomah disisi kanan kiri telinganya. Tak terasa lagi rasa sakit saat rahim itu dijahit dan dibersihkan. Lega rasanya setelah melewati masa itu dan Alhamdulillah lahir dengan normal tanpa cesar.




Dapatkan disini!
*Tersedia ukuran XS, S, M, L, XL, XXL, dan XXXL.
*Bahan Cotton Combed 20s (standar distro)
* Tabalong Only
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Rp 75.0000
Rp 75.000
Rp 75.000

0 Response to "Berbagi pengalaman : Menunggu saat-saat kelahiran anak pertama, ini 2 hal yang harus dilakukan oleh suami"

Post a Comment