Ketika sudah seharian bekerja maka badan menjadi lelah dan terasa letih mendera. Rasa capek pikiran semakin terasa berat ditambah pekerjaam rumah yang begitu banyak. Mulai dari memasak dan menyiapkan makanan, mencuci dan menjemur pakaian, serta melipatnya. Belum lagi cucian piring yang masih menumpuk, sementara persediaan sudah habis.
Dengan keadaan seperti itu, sore harinya masih harus kegiatan ekskul dan bimbel. Dan ketika malam hari, banyak tugas sekolah yang harus diselesaikan dengan segera.
Lalu bagaimana ketika anak meminta perhatian?dan bagaimana ketika suami meminta dilayani?
Pekerjaan yang banyak ini membuat keletihan yang luar biasa, letih fisik dan emosi. Kadang-kadang suami menjadi sasaran, dan kadang pula kesabaran menurun saat menghadapi anak.
Saya sebagai suami ingin sekali bertanya alasan utama istri bekerja. Dan saya juga bertanya apakah selama istri bekerja apakah kebutuhan keluarga tercukupi?Saya merasakan, seolah tidak pernah cukup apalagi tersisa sebagai tabungan. Bahkan kadang kadang minus sebelum bulan muda.
Sekilas kita lihat keadaan ini dalam ajaran islam. Pertama, Allah menciptakan perempuan dengan fitrah kelembutan dan kasih sayang, sebagai malaikat bagi anak-anak yang hadir kedunia. Kedua, wanita diberi kesempatan dan juga diancam oleh Allah. Kesempatan yang dimaksud yaitu pahala yang besar bagi para wanita yang senantiasa sholat, puasa di bulan ramadhan dan taat pada suaminya. Wanita diberi kesempatan untuk memilih pintu surga sesuai keinginannya. Jalan menuju surga bagi seorang wanita yang lain adalah jihad fi sabilillah (melahirkan). Selain itu, banyak sekali kesempatan2 mengumpulkan pahala. Mungkin akan lebih dari satu buku yang membahas kesempatn itu. Namun, sebaliknya ternyata di neraka nanti juga akan dipenuhi oleh wanita. Bahkan esok pengikut dajjal al masih kebanyakan wanita.
Masyarakat umum melihat wanita bekerja sudah lumrah. Tapi, kalau melihat laki laki di rumah mungkin mereka akan bertanya tanya. Kebanyakan orang baik wanita maupun laki laki saling berlomba lomba mendapatkan pekerjaan, misalnya PNS. Jadi, akan menjadi sangat aneh bahkan dianggap gila ketika seseorang yang sudah diterima sebagai pns ingin keluar menjadi ibu rumah tangga dan berkarir di rumah. Apalagi ketika penghasilan suaminya masih rendah.
Setelah pernikahan kita, ternyata kita memiliki sejumlah hutang yang di dalamnya terdapat riba yang dosa terendahnya setara dengan dosa menzinai ibu kandung sendiri. Target saya sebagai seorang pemimpin keluarga adalah membawa anak dan istri keluar dari jeratan riba. Pertama, riba dalam pembelian rumah di bank BTN dan di BPD harus lunas secepatnya.
InsyaAlloh bulan juni 2017 urusan dengan BTN selesai, dan saya punya target di bulan juli 2017 hutang di BPD selesai. Jadi, tahun ini merupakan tahun dimana kita berlepas diri dari berbagai ribawi sekaligus awal untuk pemantapan berbisnis. Saya selalu berdoa agar bisnis ini dapat berjalan lancar dan profitnya melebihi gaji PNS. Dengan ijin Allah, saya akan pensiunkan dini istri saya agar segala hak dan kewajiban kami bisa terlaksana sesuai syariat. Sehingga pahala yang balasannya surga itu tidak digadaikan lagi dengan gaji PNS yang terlalu kecil dibandingkan pahala dan rizki yang berkah dari Allah SWT.
Artinya, marilah kita siapkan bersama, kita sambut bersama seruan agama Alloh. Kita nikmati bersama indahnya hidup di dunia dan diakhirat. Kehidupan didunia ini hanya sementara, namun sangat menentukan apakah dikehidupan kekal nanti kita tinggal di surga atau mampir terlalu lama dineraka. Oleh karena itu, waktu yang terbuang untuk menebar ilmu yang kita juga tidak tahu apakah ilmu yang kita tebarkan di sekolah itu benar benar memberikan manfaat sedangkan kadang kadang masih tidak disiplin, korupsi waktu, berkhalwat, ghibah, suudzon dan lain sebagainya. Sedangkan ketika engkau melayani suamimu, mendidik anakmu menjadi anak yang sholehah yang akan mendoakanmu, maka itu sudah jelas pahalanya.
Wahai istriku...kini engkau menjadi tanggunganku. Engkau tidak lagi menjadi tanggungan ayah dan ibumu. Bahkan jika ada yang boleh di sujudi, kata Rosul adalah suamimu.
Istriku..saya tahu bahwa kita memiliki keinginan yang sama dalam birul walidain, kita sama sama ingin memuliakan mereka, membantu kebutuhan mereka. Namun, itu bukan berarti engkau melalaikan kewajibanmu terhadap suami dan anak anak. Beban yang berat yang masih dipikul oleh kedua orang tua kita merupakan ladang sedekah, sedangkan ketaatanmu padaku adalah salah satu jalan menuju surga.
Mudah mudahan kita menemukan jalan keluarnya...amin.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Catatan Hati Seorang Suami"
Post a Comment