Character Building untuk Kesuksesan

Karakter seseorang dapat menjadi salah satu faktor pendorong dalam mencapai sebuah kesuksesan. Karakter menunjukkan sebuah kepribadian dan watak seseorang yang terbentuk sepanjang perjalanan hidupnya dan dipengaruhi oleh faktor eksternal tempat ia tumbuh dan berkembang. Sifat genetis tidak mempengaruhi pembentukan karakter. Buktinya ketika anak seorang ustadz dididik di lingkungan seorang preman, maka ia kemungkinan besar menjadi preman. Dan anak seorang preman ketika dididik di lingkungan ustad kemungkinan besar dia akan tumbuh menjadi orang yang baik. Besarnya pengaruh lingkungan terhadap pembentukan karakter perlu menjadi perhatian.

Pendidikan karakter pertama kali diperkenalkan dalam lingkungan keluarga. Sejak anak dilahirkan, ia berada dalam pengasuhan orang tuanya. Kebiasaan dan perilaku di dalam keluargalah yang pertama kali membentuk karakter seseorang. Namun, pembentukan karakter dalam keluarga bukan menjadi satu-satunya penentu karakter karena masih ada faktor lain diluar keluarga. Misalnya, lingkungan sekolah, lingkungan tempat bermain, dan media masa. Keluarga akan menjadi pondasi pertama pembentukan karakter, bila pondasinya kuat maka karakter anak menjadi kuat dan sebaliknya.

Kemampuan orang tua dalam mendidik anak sangat menentukan daya tahan anak ketika dihadapkan dengan lingkungan luar. Ketika kebiasaan dan perilaku positif sudah membudaya di keluarga, maka anak akan terbiasa dengan karakter positif. Namun, kenyataan yang ada, orang tua hanya memberikan kebutuhan material saja tanpa memberikan pembiasaan dan keteladanan.  Inilah kenyataan pahit yang dialami kebanyakan orang tua, dimana mereka lebih memprioritaskan pemenuhan kebutuhan materi daripada kebutuhan psikologi anak.

Ketika anak sudah mencapai usia sekolah, anak dihadapkan dengan lingkungan yang baru. Lingkungan yang pertama kali mereka temui adalah kelompok bermain atau bahkan sebelum itu anak sudah dititipkan di daycare atau tempat penitipan. Belum tuntas rasanya kasih sayang yang diberikan orang tua, anak sudah harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru.

Kebutuhan kasih sayang dari kedua orang tua tentunya sangat berbeda dengan kasih sayang dari seorang pengasuh. Pengasuh menjalankan tugas pengasuhan dalam lingkup kebutuhan dasar, misalnya makan, bermain, mandi, dan tidur. Sedangkan, kasih sayang dan ikatan batin hanya didapatkan dari orang tuanya. Idealnya, anak perlu waktu minimal 7 tahun untuk berada dalam pengasuhan orang tua secara langsung. Bila kurang dari rentang waktu 7 tahun ada kemungkinan anak mencari tambahan pemenuhan psikologis dari luar.

Anak mencari pemenuhan kebutuhan psikologis bisa melalui teman, baik teman dirumah maupun di sekolah. Keadaan seperti ini akan berbahaya apabila tidak segera diatasi. Anak menjadi jauh dari orang tua. Mereka hilang kepercayaan terhadap orang tua dan lebih dekat kepada temannya. Pengaruh lingkungan pergaulan lebih kuat daripada lingkungan keluarga. Dari sinilah awal muncul berbagai kenakalan remaja dan bahkan tindak kriminal.

Untuk menghindari keadaan itu, orang tua perlu mengadakan komunikasi baik dengan anak, sekolah maupun teman bermainnya. Komunikasi itu dilakukan secara intensif sebagai upaya preventif. Orang tua dapat menjalin kedekatan dengan anak dengan memenuhi kebutuhan materi dan psikologisnya selama pendidikan karakter di lingkungan keluarga. Tahap selanjutnya,  orang tua dapat menjalin komunikasi dengan teman sepermainannya. Komunikasi ini bertujuan untuk mengawasi anak agar terhindar dari perilaku buruk temannya. Tahap berikutnya, komunikasilah dengan guru di sekolah untuk mengetahui perkembangan anak dan mempermudah tindak lanjutnya dirumah.

Orang tua juga harus waspada terhadap dampak perkembangan teknologi informasi, terutama dari televisi. Lebih baik mencari alternatif lain berupa tontonan educatif dari vcd atau dvd. Hal itu bertujuan agar informasi dapat disaring karena tidak semuanya layak dikonsumsi anak.

Keberhasilan menanamkan karakter positif anak berdampak pada kesuksesannya dimasa mendatang. Karakter yang berupa emosi positif terbukti dapat meningkatkan kemampuan akademik anak. Kenyataan yang bisa kita lihat bahwa anak dengan nilai yang selalu tinggi di sekolah belum tentu dapat meraih kesuksesan hidupnya.  Parameter sukses tidaknya seseorang tidak hanya ditentukan oleh nilai di sekolah. Namun, kemampuan anak untuk bangkit dan terus percaya diri menghadapi kegagalanlah yang dapat membantunya meraih kesuksesan. Motivasi dan rasa ingin tahu yang besar selalu menghasilkan inovasi. Komunikasi yang lihai lebih berperan dalam mengembangkan kesuksesannya. Sementara nilai hanya berhenti pada selembar kertas yang disebut ijazah.

Ilustrasi : google
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Dapatkan disini!
*Tersedia ukuran XS, S, M, L, XL, XXL, dan XXXL.
*Bahan Cotton Combed 20s (standar distro)
* Tabalong Only
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Rp 75.0000
Rp 75.000
Rp 75.000

0 Response to "Character Building untuk Kesuksesan"

Post a Comment