Kata-kata dalam menasihati anak tidak boleh sembarangan. Seperti perintah Allah SWT dalam QS. An nisa ayat 9 yang artinya :
" Dan hendaklah takut orang orang yang meninggalkan keturunan dibelakang mereka dalam keadaan lemah yang senantiasa mereka khawatiri.."
Dan ini yang menjadi poinnya adalah "....Maka dari itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengatakan PERKATAAN YANG BENAR".
Saya ambil contoh dari tulisan Salim A Fillah tentang perkataan yang sering terjadi pada orang tua saat berbicara atau berkomunikasi dengan anaknya. Misalnya saat anak tak mau ditinggal pergi ayah atau ibunya, padahal mereka harus menghadiri acara yang tidak memungkinkan untuk mengajak anaknya, orang tua mengalihkan perhatian anaknya kepada pembantu, bibinya atau neneknya dengan diajak melihat, umpamanya melihat ayam," Yuk kita lihat ayam yuk...tu ayamnya lagi mau makan tu..". Ya anak pun tertarik, ikut menonton sang ayam. Lalu diam-diam kita pergi meninggalkannya.
Si kecil memang tidak menangis. Dia diam dan seolah suka saja. Tapi didalam jiwanya, ia telah menyimpan sebuah pelajaran,"ooh .. aku ditipu..Aku ingin ikut ibu tapi malah disuruh lihat ayam agar bisa ditinggal pergi diam diam. Kalau begitu, menipu dan mengkhianati itu tidak apa-apa. Nanti kalau sudah besar, aku yang akn melakukannya!".
Betapa meskipun dia menangis, alangkah lebih baik jika kita berpamitan. Kita bisa mencium keningnya penuh kasih, mendoakan keberkahan ditelinganya, dan berjanji akan segera pulang setelah urusan selesai.
Meski menangis, anak kita akan belajar bahwa kita pamit baik-baik, mendoakan, tetap menyayanginya dan berjanji akan segera pulang. Meski menangis dia telah mendengar qaulan sadiidaa dan kelak semoga ini menjadi pilar kekokohan akhlaknya.
Diwaktu lain anak yang kita sayangi ini terjatuh. Apa yang kita katakan saat ia jatuh? Ada beberapa alternatif. Kita bisa saja mengatakan," tuh kan, sudah dibilangin jangan lari-lari, jatuh benerkan?".
Apa manfaatnya? Membuat kita sebagai orang tua merasa cuci tangan dari kesalahan. Lalu sang anak akan tumbuh sebagai pribadi yang selalu menyalahkan diri sepanjang hidupnya.
Atau bisa saja kita katakan," aduh..batunya nakal ya..ih batunya jahat deh bikin adek jatuh ya sayang". Dan bisa saja kelak anak tumbuh sebagai orang yang pandai menyusun alasam kegagalan dengan menyalahkan pihak lain.
Di kelas 10 SMA saat kita tanya, " mengapa nilai matematikamu cuma 6 mas?", dia tangkas menjawab, " habis gurunya killer sih ma, lagian kalau ngajar gak jelas gitu".
Atau bisa saja kita katakan," Sini sayang, nggak apa-apa, nggak sakit kok, duh anak mama nggak usah nangis. Nggak apa-apa tu cuma kayak gitu, nggak sakit kan?".
Sebenarnya maksudnya mungkin bagus, agar anak jadi tangguh, tidak cengeng. Tapi sadarkah bahwa bisa saja anak kita sebenarnya merasakan sakit yang luar biasa. Dan kata-kata kita telah membuatnya mengambil pelajaran, jika melihat penderitaan katakan saja," Ah..cuma kayak gitu..belum seberapa..nggak papa!". Celakanya, bagaimana jika kalimat ini kelak dia arahkan kepada kita. Disaat umur kita sudah uzur dan kita sakit-sakitan. Anak akan bilang, "nggak papa bu cuman gitu..jangan nagis ah..sudah tua..malukan." Akankah kita kutuk dia sebagai anak durhaka? Padahal dia hanya mencontoh kita yang dulu mendurhakainya saat kecil.
Betapa sulitnya qaulan sadiidaa. Contoh lain saat kita mengatakan untuk menyemangati anak-anak kita," anak shalih masuk surga..anak nakal masuk neraka" Betulkah?ada dalilnya kah? Padahal semua anak jika tertakdir meninggal pasti akan menjadi penghuni surga.
Alangkah agungnya qaulan sadiidaa yang dengannya sedikit perbedaan bisa membuat segalanya berbeda.
Inilah kisah tentang dua anak penyuka minum susu. Anak yang satu sering malas bila dibangunkan tidur. Sang ibu berkata," Nak, cepat bangun!Nanti kalau bangun ibu bikinkan susu deh!". Saat si anak bangun dan mengucek matanya, dia berteriak,"mana susunya!". Dari kejauhan terdengar adukan sendok pada gelas. "Iya sabar sebentar!". Dan sang ibupun tergopoh-gopoh membawakan segelas susu untuk si anak yang cemberut berat.
Sementara ibu dari anak yang satunya membangunkan anaknya,"Nak..bangun Nak. Dimeja belajar sudah ibu siapkan susu untukmu!". Si anak pun bangun, tersenyum dan mengucap terimakasih pada ibunya.
Ibu pertama dan kedua sama capeknya..sama-sama harus membuat susu, sama-sama harus berjuang membangunkan anaknya. Tapi anak yang awal tumbuh sebagai si suka pamrih yang digerakkan dengan janji, dan takkan tergerak oleh hal jika dihitung-hitung tak bermanfaat nyata baginya. Anak kedua tumbuh menjadi sosok ikhlas penuh etos. Dia belajar pada ibunya yang tulus, tak suka berjanji, tapi selalu sudah menyediakan segelas susu ketika membangunkannya.
Ilustrasi : google
Dapatkan disini!
*Tersedia ukuran XS, S, M, L, XL, XXL, dan XXXL.
*Bahan Cotton Combed 20s (standar distro)
* Tabalong Only
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
0 Response to "Hati-hati bicara dengan Anak : Yuk Belajar Komunikasi Positif atau Qaulan Sadiidaa"
Post a Comment